Mataram – Anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Evi Apita Maya sebagai perpanjangan tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ajak generasi muda untuk lebih kreatif dalam berinovasi dan menyikapi perkembangan zaman. Hal ini diungkapkannya sebagai turunan atas implementasi 4 Pilar Kebangsaan yang disosialisasikanya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Kota Mataram Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (22/2).
Empat Pilar Kebangsaan yang meliputi Pancasila, Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika menjadi pedoman setiap insan dalam hidup bernegara yang majemuk, bersosial dan bertoleransi tinggi. Senator cantik dapil Provinsi NTB ini meminta ratusan pelajar dan tenaga pendidik di sekolah tersebut, untuk lebih bijak mencerna dan mengambil langkah inovatif dalam setiap keputusan di sekolah.

Begitupun terhadap memanfaatkan teknologi yang saat ini terus dibanjiri informasi yang bermanfaat dan tak jarang juga memicu keresahan.
“Teknologi memudahkan kita untuk berinteraksi sosial, tapi terkadang kita menemukan juga ada informasi berita hoax yang membuat resah masyarakat. Sisi positifnya manfaatkan teknologi itu untuk membuat karya, hal – hal baik yang menutupi keburukan. Atau bisa juga dengan problematika yang didapati di medsos, kita pecahkan solusinya dengan mengedepankan aspek mencerdaskan masyarakat,” ungkap Evi Apita Maya.
Dicontohkannya, bahwa banyak generasi muda saat ini yang telah mengelola konten vidonya sendiri. Memanfaatkan teknologi dalam pemasaran suatu produk, hingga memberikan informasi yang bersifat mendidik bagi khalayak. “Kaitannya dengan 4 Pilar Kebangsaan ini, adalah pedoman. Jati diri negara yang tertuang dalam kisi kisi pilar kebangsaan, wajib menjadi pedoman. Seperti menyikapi persoalan kenegaraan dalam kontennya. Menyikapi persoalan disiplin, tanggungjawab, semangat kekompakan, ketaatan dan lain sebagainya,” jelasnya.

Dengan kesadaran dalam berbangsa, lanjut Evi Apita Maya akan menunjukkan jalan menuju sosialisme hidup yang tinggi. Bahwa setiap orang harus saling menghormat, bergotong royong atau saling membantu.
“Ini contoh kecilnya. Kalau kita bisa memanfaatkan media sosial untuk hal – hal tersebut maka maka kita sudah menyebarkan virus baik bagi masyarakat,” ujar Evi.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa sosialisasi ini menjadi penting agar setiap warga bangsa faham dan mengerti dasar serta pilar bansanya sendiri. Khususnya seperti dilingkungan SMAN 9 Mataram, meski telah mendapatkan pendidikan kebangsaan melalui kurikulum sekolah namun penguatan itu tetap dibutuhkan.

“Pengaruh digital ini kadang membuat kita lupa tanggung jawab kita sebagai warga negara Indonesia. Sehingga saya berharap ini dapat membekas, dan menjadi pengingat kita semua untuk menjadi pribadi yang hidup berazazkan hukum, aturan dan perundang – undangan,” pungkasnya.
Tidak hanya sekedar bersosialisasi menyampaikan materi, Evi Apita Maya juga berinteraksi langsung dengan para pelajar setempat untuk menyerap aspirasi sebagai perwakilan milenial. Ia pun mengapresiasi kritisnya pelajar, sebagai gambaran masa depan yang akan merubah masa depan negara menuju lebih baik.
aNd