Mataram – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat siap mempersembahkan gelaran pembukaan yang spektakuler, bagi puluhan ribu kontingen Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) ke VIII yang datang dari berbagai daerah ditanah air. Terlihat dari matangnya persiapan yang dilakukan, oleh lebih dari 500 penari berbakat dari berbagai sanggar seni dan budaya di NTB.

Di bawah kendali koreografer dan sutradara teater senior NTB, Lalu Suryadi Mulawarman, gelaran olahraga masyarakat tahun ini dipastikan akan lebih megah, dari yang pernah disaksikan oleh kontingen peserta. Karena tak sekadar menampilkan tarian daerah, pertunjukan pembukaan FORNAS VIII menjadi cerminan budaya daerah dan kentalnya kebhinekaan.

Seperti yang terlihat pada sesi latihan persiapan pembukaan FORNAS VIII, di lingkungan Taman Budaya Kota Mataram NTB pada Senin (21/7).

“Kita tidak hanya mengangkat kultur budaya, tetapi juga sisi historis dari NTB. Banyak tokoh-tokoh besar dari masa lalu yang belum banyak dikenal publik, itu yang coba kita angkat,” ujar Lalu Suryadi.

Pertunjukan dibagi menjadi empat segmen besar, yang menggambarkan runutan sejarah singkat dan legenda di Bumi Beribu Masjid Nusa Tenggara Barat. Mulai dari pengenalan sosok mitologis Dewi Anjani, atau yang dalam masyarakat Lombok disebut “Inen Gumi” atau berarti ibu bumi. Perwujudan simbol kekuatan perempuan dan pelindung alam.

Segmen berikutnya kata Lalu Surya, mengangkat jejak-jejak peradaban dan kesukuan. Merefleksikan tokoh bersejarah seperti Kesultanan Samawa, Kesultanan Mbojo, serta kerajaan-kerajaan di Lombok Timur. Salah satu tokoh utama yang diangkat adalah TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pahlawan nasional pendiri Nahdlatul Wathan, serta Sultan Salahuddin dari Bima yang berjasa mempersatukan wilayah Mbojo dan Dompu dalam bingkai NKRI.

“Ini bukan hanya tarian. Ada narasi sejarah yang disampaikan secara visual, ada unsur teatrikal, ada musikalitas. Bisa disebut drama tari. Kita ingin menyampaikan sejarah dan budaya NTB secara utuh kepada penonton nasional dan internasional,” imbuh Lalu Surya.

Yang menarik lanjutnya, pertunjukan ini juga akan mengeksplorasi berbagai simbol budaya menjadi bentuk artistik tari. Misalnya, tembolak atau tudung saji khas NTB akan dijadikan properti tari yang merepresentasikan kekuatan dan perlindungan. Kain tenun Tembe Nggoli dari Dompu juga akan ditampilkan sebagai elemen eksploratif dalam gerak tari.

“Kami ingin menunjukkan bahwa generasi emas NTB itu ada. Mereka mampu bersaing dan menunjukkan identitas budaya kita dalam panggung nasional, bahkan dunia. FORNAS ini adalah momentum memperkenalkan bukan hanya budaya, tapi juga sejarah NTB kepada masyarakat luas,” tegasnya.

Sementara Sella Aprilina, salah satu pelatih tari yang terlibat dalam persiapan, mengakui bahwa proses latihan dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Namun dengan bakat yang ditunjukan para penari, singkatnya waktu tidak menjadi penghalang untuk memberikan penampilan terbaik.

“Awalnya kami siapkan untuk 200 penari, tapi mendadak jumlahnya bertambah jadi 500, jadi kami libatkan anak-anak sekolah juga dari SD sampai mahasiswa. Kami juga ubah ulang pola, kostum, dan koreografi. Latihan dari pagi sampai malam, apalagi harus berbagi waktu juga dengan pengisi acara nasional lain,” tuturnya.

Pertunjukan pembukaan FORNAS VIII NTB ini diyakini akan menjadi salah satu penampilan seni budaya terbesar dalam sejarah NTB. Selain ratusan penari, juga melibatkan seniman, penulis naskah, pemusik, hingga komunitas budaya lintas daerah. Semua bergandengan tangan, mempersembahkan karya terbaik dari Bumi Gora.

(()