Mataram – Menjadi pekerja migran merupakan pilihan dan tentunya tak lepas dari segala resiko yang akan dilalui selama masa kontrak kerja berjalan. Terlepas dari hal tersebut, harapan peningkatan kesejahteraan umumnya menjadi alasan mendasar dalam tujuan rantauan setiap warga masyarakat. Ada yang bernasip baik dan ada juga yang terkadang semangatnya mengais rezeki terpatahkan, karena kurang disiplin dan tidak menekuni pekerjaannya selama rantauan. Sehingga ketika kembali ke kampung halaman, bukannya menjadi juragan namun justru kembali bekerja serabutan.
Disisi lain, menjadi buruh di negeri orang kerap dipandang sebelah mata, dan bahkan menjadi momok potret kemiskinan suatu rumah tangga. Dimana ironi pekerja migran juga tak jarang menjadi pelarian, karena sulitnya mendapat pekerjaan didaerah sendiri.
Namun tak selamanya, hakikat buruk mengiringi pilihan menjadi pekerja migran. Kebesaran hati dalam bekerja di negara orang sebagian besar terbukti membuahkan hasil yang maksimal. Seperti pengalaman yang disampaikan Zulhadi 37 tahun, PMI asal Dusun Batu Tumpeng Desa Jagaraga Kecamatan Kediri Lombok Barat, yang pada akhirnya mampu merubah kualitas hidupnya.
Semua itu diceritakan Zulhadi pada Kamis (01/9), berawal dari kerasnya mencari kerja karena hanya tamatan pendidikan di Sekolah Dasar. Ia yang menggarap lahan pertanian milik tuan tanah di kampungnya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari – hari. “Sebelumnya bertani, menggarap lahan pertanian orang. Sampai ada yang menawarkan bekerja di Malaysia menjadi pemetik buah sawit,” ujarnya menceritakan.
Zulhadi memulai rantauannya melalui jalur resmi pada tahun 2008 silam, pada PT. Kijang Lombok Raya, Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang berlokasi di Kota Mataram NTB. Perlahan dari rantauannya, pola rutinitas kerja di perladangan sawit mulai melekat pada dirinya dengan diperkuat semangat dan harapan juga doa demi masa depan yang lebih baik.
“Saya masuk ke Malaysia pertama kali tahun 2008, pulang cuti setelah 2 tahun kontrak dapat beli tanah. Berangkat lagi merantau, pulang bangun rumah,” katanya.
Oleh PT. Kijang Lombok Raya dirinya ditempatkan di perusahaan pengguna sektor perladangan sawit Boustead Plantations Berhad. Berkat keuletannya dalam bekerja memanen buah sawit, Zulhadi tak jarang ditawari menjadi mandor atau kepala kelompok pemanen diperusahaan tersebut namun ditolak dengan alasan agar dirinya tetap produktif menambah pundi – pundi penghasilan dengan mengambil kerja extra. Karenanya tak heran diantara banyak pekerja di perladangan sawit yang mampu meraup penghasilan 1.500 ringgit Malaysia atau senilai Rp 5 juta perbulan, dirinya justru mengantongi hingga 9.470 ringgit Malaysia atau senilai Rp 32 juta perbulan.
“Paling rendah gaji saya sekarang 3.000 ringgit Malaysia, tertinggi itu 9.470 ringgit Malaysia perbulan. Gaji tinggi itu biasanya setiap musim panen sawit. Saya tidak berfikir lain – lain, tujuan saya ke Malaysia untuk bekerja ya bekerja sudah,” ucapnya.
Kunci dari keberhasilannya ada pada kebesaran hatinya untuk menggapai cita – citanya, yakni punya rumah dan punya modal usaha untuk berniaga dirumah. Meski demikian bukan tidak pernah Zulhadi mengeluh jenuh dengan kondisi kerjanya yang jauh dari keluarga dan orang tercintanya. Namun pikiran itupun ditepisnya dengan mengintrospeksi diri, bahwa jika tidak kerja sawit maka dirinya tidak bisa menjangkau cita – citanya.
“Kalau sawit bisa dipetik malam, maka saya akan kerja sampai malam,” kata Zulhadi seraya tersenyum.
Empat bulan inipun menjadi waktu cuti ketiga Zulhadi sebelum kembali lagi ke rantauan pada bulan Nopember mendatang. Masih tersisa satu lagi harapannya sehingga berniat kembali lagi ke Malaysia, yakni modal usaha untuk berniaga yang nanti dikelola sendiri dirumah tempat tinggalnya.
“Saya masih liat – liat juga usaha apa nantinya yang akan kami bangun dari modal yang akan saya cari lagi nanti,” pungkasnya.
 
Sementara itu diwawancara terpisah Eksekutif Tenaga Kerja Bousted Plantations Berhad Tuan Abdul Majid, saat kunjungannya di Lombok menyampaikan kebanggaannya memiliki pekerja yang telaten seperti Zulhadi. Ia mengatakan bahwa sosok Zulhadi bagi perusahaannya menjadi role model untuk setiap kelompok kerja yang masuk setiap tahun. Memiliki misi untuk peningkatan kesejahteraan di kampung halamannya.
“Teruslah berusaha selagi mampu. Zulhadi ini menjadi role model PMI yang giat bekerja ditempat kami, kemudian ceritakan kepada yang lain. Saya cukup bangga, kami apresiasi orang – orang seperti Zulhadi,” katanya.
Kepada mereka yang sukses bekerja di Boustead, pihak perusahaan kedepan akan dibuatkan tabungan amal. Sehingga ketika para pekerja kembali ke kampung halamannya nanti, tabungan amal itu akan disumbangkan untuk membangun tempat ibadah.
“Kita akan mencoba tabungan amal, sepulang pekerja silahkan beramal dan hasil amal itu kita akan salurkan untuk membangun tempat ibadah dikampung halamannya di Lombok. Bisa untuk membuat pesantren, sehingga dapat menambah keberkahan dalam setiap hasil yang didapatkan selama di Malaysia,” harap Badul Majid.
Tuan Abdul Majid mengatakan bahwa tahun ini Boustead membuka perekrutan secara gratis melalui PT. Kijang Lombok Raya dengan peluang kerja mencapai seribu orang. Setiap pekerja migran akan mendapatkan fasilitas penunjang kerja, sandang dan tempat tinggal. Dan bahkan diberikan asuransi kesehatan serta kecelakaan kerja, sebagaimana diatur dalam perjanjian kerja yang meliputi hak dan tanggungjawab pekerja migran.
aNd