Lombok Barat – Hikmah selalu ada dibalik keterpurukan, begitulah yang diyakini sekelompok pemuda di Desa Melase Kecamatan Batu Layar Lombok Barat. Setelah melalui halang rintang lesunya aktivitas usaha dan ekonomi selama pandemi tahun 2020 lalu, kini para pemuda yang tergabung dalam komunitas sablon ini, mulai disibukkan dengan usaha sampingan dari sebuah bangunan sederhana yang dibuat menjadi tempat tongkrongan.
Mengandalkan lokasi kawasan pantai yang masih sangat alami dengan pohon bakau dan hamparan ombak pantainya yang cukup tenang, bangunan sederhana dijalan Raya Senggigi nomor 999 ini disulap menjadi tempat tongkrongan bernama Angkringan Suliet. Seiring berjalannya waktu dengan upaya promosi yang digaungkan melalui ajakan di media sosial, perlahan tongkongan dengan kosep wisata ini mulai ramai didatangi pengunjung dari berbagai daerah. Para pengelolanya pun tidak tinggal diam untuk memberikan kepuasan kepada pengunjung dengan ragam pilihan menu yang disajikan.
“Dulu saya tahunya lokasi ini hanya sebatas tempat bersandarnya perahu nelayan yang kembali dari mencari ikan. Sekarang, jadi bagus gini ya. Pohon – pohon bakaunya masih tegak tumbuh berdiri, pantainya masih landai jauh dari abrasi. Saya rekomended deh lokasi ini,” ujar Yulia, pengunjung yang datang bersama keluarganya.
Yulia mengatakan tak hanya terbilang asri, Angkringan Siluet juga ramah anak. Dirinya yang datang bersama suami dan tiga anaknya, merasa sangat menikmati suasana bersantai ditempat tersebut, tanpa khawatir dengan ombak yang akan menjangkau anaknya ketika bermain pasir. Ia pun menegaskan jika Angkringan Siluet lebih seperti tempat tongkrongan keluarga, bukan hanya tongkrongan bagi pasangan kekasih.
“Nilai plusnya, tempat ini asri dan anak – anak bebas bermain. Selama saya duduk bersantai dengan makanan dan minuman yang disajikan, tempatnya mulai ramai dikunjungi dan rata – rata yang datang ini beserta sanak keluarga dan sahabatnya. Banyak anak – anak, jadi suasana tongkrongan keluarga gitu,” ucapnya.
Salah seorang pengelola Angkringan Siluet, Karno, mengatakan rintisan usaha ini bermula dari sekelompok pemuda para pegiat usaha sablon kerap berkumpul untuk mencari inspirasi ditempat tersebut. Mereka memikirkan desain sablon yang harus terus diperbaharui setiap pekannya agar tidak ketinggalan pasar.
Sisi lain diantara mengurus keluarga dan produktivitas usaha, para pegiat sablon ini mengajak serta sanak keluarga dan kerabatnya ketempat tersebut, yang terus berlangsung setiap pekan bahkan hampir setiap hari dilakukan. Hingga di sela – sela seruputan kopi yang disajikan, tercetus ide berkolaborasi membuat usaha sampingan berupa tempat tongkrongan dilokasi tersebut.
“Beranjak dari tempat ini menjadi basecamp kita yang punya usaha sablon ini. Setiap hari nongkrong disini jadi tempat tongkrongan untuk dikomersilkan. Lokasinya juga sangat mendukung, pantainya masih alami dan tempat parkirnya pun luas,” kata Karno.
Karno menyebutkan tempat ini tak hanya menyajikan kopi yang menjadi menu minuman favorit, ragam menu masakan seafood juga ditawarkan sebagai pelengkap dengan harga yang sangat terjangkau. Untuk rasa tak perlu diragukan, karena sebagian besar yang bekerja di Angkringan Siluet sebelumnya pernah pengadu nasib sebagai pekerja restaurant.
“Mereka yang kini bekerja di angkringan ini rata – rata sudah pernah bekerja di Hotel dan Restaurant, jadi sudah memiliki keahlian melayani pelanggan hingga memasak dan meracik minuman ala restaurant,” tandasnya.
Sebagai usaha sampingan, Angkringan Siluet ini mulai buka pemesanan pada pukul 17.00 wita karena disesuaikan dengan aktivitas pekerjaan sablon ditempat masing – masing. Kemudian tutup pada pukul 22.00 wita, menyesuaikan dengan imbauan pemerintah daerah tentang aturan protokol kesehatan.
aNd